![]() |
Ramadhan Penuh Berkah |
Keutamaan 10 hari pertama ramadhan
Bulan Ramadhan terbagi menjadi 3 fase utama, yaitu 1o hari pertama,
10 hari pertengahan, dan 10 hari terakhir ramadhan. Pada 10 hari
pertama ramadhan telah diriwayatkan sebagai hari-hari diturunkannya
rahmat dari Allah kepada manusia. Pada 10 hari pertama ini kita akan
banyak mendapatkan limpahan pahala dari berbagai amalan-amalan yang kita
lakukan selama berpuasa.
Memang fase-fase awal ini akan menjadi agak berat bagi kita karena
merupakan peralihan dari yang sebelumnya makan 3 kali sehari menjadi
puasa yang mewajibkan kita menahan lapar dari subuh hingga maghrib. Tapi
biasanya setelah 2-3 hari pertama kita sudah terbiasa dengan puasa
kita.
Keutamaan 10 hari KEDUA ramadhan
fase 10 hari pertengahan ramadhan dimana keutaman fase kedua ini
adalah Allah banyak memberikan maghfirah atau ampunan. Inilah saat yang
tepat bagi kita untuk meminta ampun atas dosa-dosa kita dengan
memperbanyak dzikir dan meminta ampunan, meminta agar semua dosa-dosa
kita di maafkan dan diterima tobat kita.
Tidak ada bulan-bulan lain yang sebaik bulan ramadhan, maka itu
janganlah kita menyiakannya, agar kita tidak menjadi orang yang merugi.
Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan
Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi
orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh.
Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Sebagian ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama
sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya
sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari
api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi:
“Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan
akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw.
ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan: “Beliau jika memasuki
sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:
Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan
Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya
atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan
sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik
hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya
atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang
jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri
hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya
setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan
mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di
sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga
turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada
bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt. juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
“Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara
yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits disebutkan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan,
bulan di dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia diharamkan mendapatkan
kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali ia
benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di
bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih
lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“التمسوها في العشر الأواخر من رمضان“.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir
Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang menerangkan
lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits
yang menerangkan lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil.”
Oleh karena itu, kita rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir
Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena
tidak ada konsensus atau ijma’ tentang kapan turunya lailatul qadar.
Di kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada
tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan
Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada
konsensus pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan, “Paling
tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar.”
Ada yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang
berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang
berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar
pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di
sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.
Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan
khusyu’. Qira’atul qur’an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil,
tahmid dan takbir, istighfar, do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan
kebaikan-kebaikan yang lainnya.
Lebih khusus memperbanyak do’a yang ma’tsur:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ
اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا
أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: “Saya
berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini
adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan? Nabi bersabda:
“Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya
Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang yang meminta maaf,
maka ampunilah saya.” (Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah: “Laa takuunuu
Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba
Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan.” Karena ada sebagian manusia yang
menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an,
kemudian ia meninggalkan itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami katakan kepadanya: “Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan
telah mati. Namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap
hidup dan tidak akan pernah mati.”
0 komentar:
Posting Komentar