Bissu melakukan Ritual Mappalili |
Di Sulawesi Selatan khususnya di kalangan Masyarakat Bugis mengenal Sosok 'Bissu' sebuah kepercayaan tradisional yang dianut oleh suatu komunitas di masyarakat Bugis.
Bissu atau bessi merupakan kata yang berarti Bersih, suci dan kuat. Dikatakan demikian karena seseorang yang menyadang gelar Bissu tidak haid, tidak berdarah atau suci. Bissu berjenis kelamin laki-laki namun sifat dan karakternya seperti perempuan. Bissu merupakan komunitas Yang bertahan hingga saat ini.
Bissu Puang Matoa Saidi, Salah satu dari sedikit Bissu yang tersisa (Sumber Gambar : id.wikipedia.org) |
Bissu dikatakan sebagai kaum Pendeta yang tidak mempunyai golongan Gender. Golongan Bissu umumnya disebut "Diluar batasan Gender". Di katakan demikian karena seorang Bissu tidak masuk dalam Golongan Gender apapun. Bukan cuma dua yang di hitung, Namun masyarakat mengenal empat (Lima bila bissu dihitung) jenis kelamin yaitu Oroane (Laki-Laki), Makunrai (Perempuan), Calalai (Perempuan yang berpenampilan seperti Laki-laki) dan Calabai (Laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan, Banci). Bissu ini memiliki peran Ritual dan dikatakan sebagai Perantara antara Dewa dan Manusia. Dahulunya Bissu menjadi Penasehat Rohani untuk para raja-Raja di Bugis.
Bissu melakukan ritual Tari Maggiri, Benda Tajam tidak melukai tubuh bissu. (Sumber Gambar: id.wikipedia.org) |
Dikenal pula Ritual Mappalili (Turun sawah) yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang percaya. Disinilah peran Bissu memimpin Upacara dengan membaca doa-doa atau mantra-mantra. DIkenal pula tari Maggiri yaitu Tari yang dimainkan oleh Bissu dengan menusukkan Benda tajam pada Diri Mereka. Dengan diiringi tabuhan gendang yang khas. Para Bissu mulai melakukan tarian seraya memegang benda tajam berupa keris atau Badik. Pada saat-saat tertentu para bissu menusukkan badik pada bagian tubuh mereka, telapak tangan, Leher, bahkan mata mereka. Namun tidak sedikit pun benda tajam tersebut melukai dan menembus kulit tubuh para Bissu walaupun benda tajam tersebut di tancapkan dengan sangat keras pada tubuh para Bissu. Mereka percaya bahwa jika mereka Kebal, maka Roh/dewa memberkati mereka dan memberi mereka kekuatan. Sebaliknya jika benda tajam melukai tubuh mereka berarti yang memasukinya adalah roh lemah bahkan tidak dimasuki Roh sama sekali.
Penulis : Muhammad Guntur Ardiansyah
Sumber Referensi dan Pranala Luar : wikipedia.org